Kupang, KabarkotakupanG.com – Kondisi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sanam
di Desa Uke Kecamatan Amabi OefetoTimur, benar-benar memprihatinkan.
Khususnya, letak sekolah itu yang tepat berada di tebing. Tak heran, bila
akhirnya sejak didirikan 6 tahun lalu hingga saat ini para guru dan
siswa di sekolah itu tidak pernah menggelar upacara bendera seperti yang
biasa dilakukan di sekolah-sekolah lain setiap Senin.
Kepala Sekolah SD Negeri Sanam, Markus Loasana, kepada wartawan
baru-baru ini di Oelamasi mengatakan, pihaknya terpaksa tidak menggelar
upacara bendera sejak awal sekolah tersebut berdiri. Letak sekolah yang
berada di tepi jurang membuat pihak sekolah tidak berani memaksakan
peserta didik untuk mengikuti upacara bendera.
“Sekolah kita ada di tebing sehingga kita tidak mau paksa diri untuk
buat upacara bendera. Kami takut resiko yang bakal terjadi,” katanya.
Menurut dia, untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah daerah perlu
memberikan perhatian khusus pada sekolah ini dengan memberikan bantuan
materil agar dapat memadatkan wilayah yang curam dengan semen sehingga
murid-murid di sekolah dapat melaksanakan berbagai kegiatan, termasuk
upacara bendera tanpa harus kuatir akan jatuh ke tebing.
“Perlu adanya perhataian serius dari pemerntah daerah misalnya dalam
bentuk bantuan berupa alat dan bahan untuk mengoksfol lahan
tersebut yaitu pasir, semen serta batu ,sehingga secepatnya bisa
dimanfaatkan untuk melancarkan semua kegiatan yang ada di sekolah
termasuk upacara bendera,” katanya.
Dikatakan, selama ini semua proses pengurusan administrasi yang ada
di sekolah tersebut juga sering terhambat. Ini dikarenakan di sekolah
ini belum ada ruangan khusus yang bisa dijadikan kantor.
Selama ini,
terpaksa menggunakan salah satu ruang kelas untuk dijadikan kantor.
Namun akibat dari semua ini, kelas 2 dan 3 terpaksa harus menggunakan 1
ruang kelas yang sama untuk proses belajar mengajar. Karena itu, dirinya
berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten terhadap persoalan
ini.
“SD Negeri Sanam ini memiliki 6 ruang belajar akan tetapi salah satu
gedung dimanfaatkan untuk kantor sehingga ada satu gedung yang digunakan
untuk 2 kelas yaitu kelas 2 dan kelas 3,” jelasnya..
Ditanya soal persiapan menghadapi Ujian Nasional (UN) tahun ini,
Loasana menjelaskan, jumlah siswa siswi yang akan mengikuti UN tahun ini
sebanyak 8 orang dan pihaknya akan berupaya secara maksimal untuk
memberikan bimbingan belajar kepada 8 siswa ini sehingga mereka semua
nantinya dapat lulun ujian.
Ketua Komite SD Negeri Sanam Martinus Neolaka juga mengakui jika
selama ini para siswa dan guru yang ada di sekolah ini mengalami
kesulitan khususnya melaksanakan upacara bendera dan urusan administrasi
. Oleh sebab itu, ia sangat mengharapkan adanya campur tangan dari
pemerintah daerah sendiri untuk menuntaskan persoalan ini.
Menurut Neolaka, Komite sekolah itu telah mengadakan rapat dengan
kepala sekolah, para guru serta orang tua murid untuk membahas
persoalan yang terjadi ini.
Hasil rapat tersebut disepakati adanya
kegiatan swadaya terkait dengan pengadaan bahan untuk meratakan lahan
yang ada. Sayangnya hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari hasil
rapat tersebut. Karena itu, dirinya berharap Pemda setempat dapat
memperhatikan kondisi sekolah itu sehingga persoalan yang ada dapat
dicarikan solusinya. (Epo)